JATENG.ORG, BATANG — Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan ancaman kesehatan yang terus meningkat, terutama saat musim hujan. Mahasiswi KKN TIM 1 Universitas Diponegoro atas nama Sheila Aliya Rosida menjalankan program “Cegah DBD: Basmi Jentik – Jentik Nyamuk, Selamatkan Keluarga!” di Desa Depok, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan DBD dengan membasmi jentik-jentik nyamuk secara efektif.
Dalam pelaksanaannya, prinsip manajemen administrasi logistik diterapkan dalam distribusi obat pembasmi jentik serta pengelolaan penyuluhan kepada masyarakat.
Pendistribusian obat pembasmi jentik-jentik nyamuk kepada siswa kelas 4 dan 5 SD 01 Depok, yang nantinya dapat mereka praktikkan di rumah masing-masing. Selain itu, memberikan penyuluhan dan melakukan praktik langsung di lingkungan sekolah mengenai cara penyebaran dan penggunaan obat pembasmi jentik yang benar.
Program ini melibatkan tim KKN, Tenaga pendidik serta siswa kelas 4 dan 5 SD 01 Depok sebagai sasaran utama. Mereka diberikan edukasi agar dapat menyebarluaskan informasi kepada keluarga mereka di rumah.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 23 Januari 2025 selama satu hari penuh dengan distribusi obat dan penyuluhan yang dilakukan secara langsung di SD 01 Depok.

Program ini dilaksanakan di Desa Depok, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, dengan titik-titik utama kegiatan di SD 01 Depok dan lingkungan sekitarnya. Distribusi obat pembasmi jentik dilakukan secara langsung kepada siswa untuk dibawa pulang dan diterapkan di rumah.
Penyebaran DBD dapat dicegah dengan mengurangi populasi nyamuk sejak tahap larva. Dengan membasmi jentik-jentik nyamuk secara sistematis, masyarakat dapat melindungi diri dan keluarga dari bahaya DBD. Selain itu, pendekatan berbasis logistik dalam pendistribusian obat memastikan bahwa bantuan yang diberikan tepat sasaran dan efektif.
Dalam pelaksanaan program ini, saya menerapkan prinsip manajemen administrasi logistik dalam beberapa aspek utama :
1. Metode FIFO (First In, First Out):
Distribusi obat pembasmi jentik dilakukan dengan metode FIFO untuk memastikan bahwa stok obat yang lebih lama tersedia digunakan lebih dahulu agar tetap efektif dan tidak mengalami penurunan kualitas.
2. Supply Chain Management:
Memastikan rantai pasokan obat berjalan dengan lancar, mulai dari pengadaan obat, penyimpanan, hingga distribusi kepada siswa. Koordinasi dengan pemasok obat dan pihak sekolah menjadi bagian penting dalam kelancaran distribusi ini.
3. Manajemen Risiko Logistik:
Untuk menghindari risiko obat tidak digunakan dengan benar atau mubazir, saya memberikan penyuluhan serta praktik langsung kepada siswa. Saya juga memastikan distribusi hanya kepada siswa kelas 4 dan 5 yang dinilai cukup memahami instruksi dan dapat menerapkannya di rumah dengan bimbingan orang tua.
Dengan penerapan prinsip logistik yang baik, program ini tidak hanya meningkatkan kesadaran siswa dan masyarakat terhadap pencegahan DBD, tetapi juga memastikan bahwa distribusi obat dilakukan dengan cara yang tepat, efisien, dan berkelanjutan.
Ke depannya, diharapkan kerja sama antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat dapat terus ditingkatkan untuk menciptakan lingkungan yang bebas dari DBD.