JATENG.ORG — Lambat namun pasti, industri pada bidang mode mengalami kemajuan yang cukup pesat. Konsumerisme masyarakat juga meningkat dalam pembelian pakaian.
Namun, dampaknya ialah limbah pakaian yang semakin tinggi pula dan sebagian besar berasal dari fast fashion. Tapi apakah hanya karena pakaian yang diproduksi skala besar kah yang menjadi alasan?
Banyak industri pada era global yang semakin melejit dalam memikat konsumen. Salah satunya adalah bidang mode. Dari tingkat affordable hingga designer item keduanya memiliki penggemar yang sama banyaknya.
Akan tetapi, peningkatan konsumen dalam mode pakaian ini terkadang memiliki pelonjakan yang kurang tertata dan berdampak pada penghasilan limbah. Berdasarkan data dari global fashion 2023, jumlah limbah fast fashion (pakaian produksi besar) yang bertumpuk di TPA (Tempat pembuangan akhir) mencapai 92 juta ton tiap tahunnya.
Hal ini mungkin dapat menjadi perhatian khusus bagi para pengamat hingga penggemar mode dalam pembelian dan penggunaan pakaian. Karena, fenomena ini diakibatkan bukan hanya dari fast fashion, melainkan budaya masyarakat juga menjadi pengaruh yang besar.
Budaya masyarakat yang cenderung fomo, atau mengikuti apa yang orang lain lakukan merupakan salah satu contoh culture dari generasi saat ini.
Perkembangan media sosial yang begitu pesat dan memberikan informasi terkini tentang dunia fashion juga menjadi faktor dari konsumerisme masyarakat.
Seperti contohnya selebriti Jennie Blackpink yang selalu menjadi trendsetter tentang barang yang digunakannya. Bahkan, barang tiruannya saja laris di pasaran.
Ada pula perasaan gengsi atau prestise yang mucul jika memiliki barang terkini. Hal ini yang membantah bahwa akibat dari penumpukan limbah pakaian hanya dipengaruhi oleh keberadaan fast fashion.
Beberapa merk ternama berharga fantastis seperti Chanel, Louis vouitton, Gucci, Hermes dan yang lainnya juga merupakan barang yang tidak bisa dikecualikan karena terdampak pada konsumerisme masyarakat.
Dalam startegi untuk mengurangi konsumerisme masyarakat, namun tetap dapat stylish, ada beberapa tips yang bisa dilakukan. Yang pertama, thrifting atau membeli baju bekas yang masih layak pakai.
Banyak pakaian yang layak pakai dapat menjadi terobosan ketika tetap ingin mengikuti trend di media sosial. Selanjutnya adalah membeli barang yang everlasting, atau yang tidak termakan trend dan waktu.
Barang seperti ini dapat dipakai sepanjang masa tanpa takut ketinggalan zaman seperti celana jeans, kemeja flanel, dan sepatu kanvas. Kemudian, cara lain adalah dengan sistem sewa baju yang dapat disesuaikan dengan acara acara formal.
Membeli dress atau pakaian yang hanya dipakai satu kali dengan harga fantastis terdengar cukup tidak prakits dan ekonomis. Kini telah bayak toko yang menyewakan baju dengan berbagai model yang kekinian dan dapat menunjang penampilan. Menjual kembali barang yang tidak digunakan merupakan opsi yang baik jika ingin menambah item barang lainnya.
Dan yang terakhir, re-wearing dan mix and match dapat menjadi opsi terbaik yang diberikan. Menggunakan pakaian yang telah ada dan mencocokan dengan berbagai item yang ada. Opsi menggunakan kembali pakaian yang ada bukanlah hal yang buruk dan sangat normal untuk dilakukan.
Beberapa tips tersebut berguna dalam mengurangi limbah pakaian dan budaya konsumerisme masyarakat. Walaupun sejatinya banyak orang khususnya wanita gemar dalam mengoleksi berbagai barang sejak dahulu, pemikiran untuk mengurangi membeli berbagai hal yang terkadang bberlebihan dapat diterapkan agar dapat mengontrol pengeluaran.
Walaupun telah dibantah, pembelia fast fashion tetap harus dikontrol. Mungkin, limbah fast fashion yang terdiri dari berbagai merk seperti Zara, H&M, dan uniqlo digemari oleh banyak kalangan dikarenakan praktis dan harganya yang cenderung murah. Namun, jika pembeliannya tetap berlebihan, limbah pakaian akan semakin meningkat lebih tinggi.
Terkadang, terlalu mengikuti trend bukanlah hal yang selalu baik. Adakalanya kita dapat memisahkan mana yang butuh dan tidak terlalu penting. Karena, dalam berpakaian, hal yang terpenting adalah kenyamanan dalam memakainya, bukan pandangan orang lain terhadap kita.
Referensi Informasi:
https://kumparan.com/raissa-afifah/gawat-limbah-fashion-semakin-meningkat-apa-yang-bisa-kita-lakukan-22m5jkiCmKs